Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia Secara Singkat
Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia Secara Singkat
Kerajaan-kerajaan Islam di
Indonesia dikenal dengan sebutan kesultanan dan rajanya disebut sebagai sultan.
Kesultanan Islam di Indonesia sendiri diperkirakan mulai lahir sejak abad ke-13
M. Adapun berikut ini adalah beberapa kesultanan Islam yang ada di Indonesia.
1. Kesultanan Samudera Pasai
Kesultanan Samudera Pasai berdiri
sekitar tahun 1270–1275 M. Keseultanan Samudera Pasai terletak di sebelah utara
Perlak di daerah Lhokseumawe (sekarang dikenal dengan pantai timur Aceh) dan
berbatasan langsung dengan Selat Malaka. Sultan yang pernah memerintah Samudera
Pasai antara lain yaitu Sultan Malik at-Thahir, Sultan Malik as-Shaleh, dan
Sultan Mahmud Malik az-Zahir.
Sumber sejarah Kesultanan Samudera
Pasai diperoleh dari batu nisan Sultan Malik al-Saleh yang berangka tahun 696 H
atau 1297 M, catatan Ibnu Batutah (seorang penjelajah dari Maroko) yang pernah
singgah di Samudera Pasai tahun 1345 dan 1346 M, dan catatan Marcopolo (seorang
pedagang dari Venesia) yang singgah di Perlak tahun 1292 M.
Sementara itu perekonomian
masyarakat Samudera Pasai tergantung dari perdagangan. Letaknya yang sangat berdekatan
dengan Selat Malaka dimanfaatkan untuk kemajuan ekonominya. Banyak sekali pedagang
dari berbagai negara seperti Arab, Persia, Cina, Gujarat, Siam, Turki, dan
lainnya yang berlabuh di pelabuhan Samudera Pasai.
Pada tahun 1521 M, Kesultanan
Samudera Pasai telah dikuasai oleh Portugis, kemudian pada tahun 1524 M Kesultanan
dikuasai oleh Sultan Ali Mughayat Syah dari Kesultanan Aceh Darussalam. Dan sejak
saat itulah Samudra Pasai berada di bawah kekuasaan Kesultanan Aceh Darussalam.
2. Kesultanan Aceh Darussalam
Kesultanan Aceh berdiri pada tahun
1513 M oleh Sultan Ali Mughayat Syah. Berdasarkan berita yang didapat dari Portugis,
Kesultanan Aceh Darussalam di bawah pimpinan Sultan Ali Mughayat Syah telah berhasil
memasukkan kerajaan Daya ke dalam kekuasaan Aceh Darussalam sekitar tahun 1520
M. Lalu kemudian kerajaan Pedir dan Samudera Pasai juga ditaklukkan pada tahun
1524 M.
Perkembangan kesultanan Aceh sangat
erat kaitannya dengan jatuhnya Malaka ke tangan penjajah Portugis. Sejak Malaka
dikuasai oleh Portugis, para pedagang Muslim menghindari Selat Malaka dan
beralih menyusuri pesisir barat Sumatra, ke Selat Sunda, lalu terus ke timur
Indonesia ataupun langsung ke Cina. Hal inilah yang mendorong perekonomian masyarakat
Aceh berkembang pesat pada saat itu serta menjadikan Aceh sebagai bandar
transit lada dari Sumatra serta rempah-rempah dari Maluku.
Pada masa pemerintahan Sultan
Iskandar Muda yang memerintah sekitar tahun 1607-1636 M Kesultanan Aceh
mencapai puncak kejayaannya. Kesultanan Aceh saat itu berhasil menguasai
daerah-daerah di pesisir timur dan barat Sumatra, dan juga pesisir barat
Semenanjung Melayu, seperti Pahang dan Johor. Pada tahun 1629 M, Sultan
Iskandar Muda pernah berupaya merebut Malaka dari tangan Portugis. Akan tetapi upayanya
menemui kegagalan karena kekuatan Portugis lebih unggul.
3. Kesultanan Demak
Kesultanan Demak adalah kesultanan
Islam yang pertama di Pulau Jawa. Kesultanan Demak didirikan sekitar abad ke-15
M oleh Raden Patah yang merupakan keturunan langsung Raja Brawijaya V, yaitu raja
terakhir dari kerajaan Majapahit.
Pada awalnya Demak adalah wilayah
dari kerajaan Majapahit. Akan tetapi seiring dengan kemunduran kerajaan Majapahit,
Demak lalu menjadi kawasan mandiri yang kemudian menjadi sebuah kesultanan,
yaitu kesultanan Demak.
Wilayah-wilayah di pantai utara
Jawa yang telah menganut Islam berada di bawah pengaruh Demak. Dan pengaruh
Kesultanan Demak kemudian meluas ke Sukadana (Kalimantan Selatan), Jambi, dan
Palembang.
Dalam hal kehidupan ekonomi,
masyarakat Demak bersumber pada perdagangan, pertanian, dan pelayaran.
Pengalihan jalur perdagangan yang dilakukan setelah jatuhnya Malaka ke tangan
Portugis, membuat banyak pelabuhan di wilayah kesultanan Demak seperti Tuban,
Seayu, Jepara, dan Gresik berkembang menjadi pelabuhan transito (penghubung)
dengan daerah-daerah penghasil rempah-rempah.
Selain itu di bidang keagamaan,
kesultanan Demak sangat berperan sebagai pusat penyebaran agama Islam. Di Pulau
Jawa sendiri, penyebaran Islam didukung oleh para wali yang dikenal dengan
sebutan Wali Songo. Beberapa anggota Wali Songo ada yang berasal dari Demak,
yakni Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Bonang, dan Sunan Murya. Mereka
berperan sangat besar dalam penyebaran Islam di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Kesultanan Demak dapat mencapai
puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Trenggana. Pada masa
pemerintahannya ini, kekuasaan Demak mencakup sebagian Jayakarta, Jawa Barat,
Jawa Tengah dan sebagian Jawa Timur. Dan penaklukkan pesisir utara Jawa Barat
dilaksanakan oleh Fatahillah yang turut merintis berdirinya kesultanan Banten
dan Cirebon.
4. Kesultanan Banten
Sebelum akhirnya menjadi sebuah
kesultanan, Banten terlebih dulu sudah berkembang menjadi sebuah kota pelabuhan
penting di bawah kekuasaan Kerajaan Sunda. Pada sekitar tahun 1526 M,
Fatahillah dari kesultanan Demak berhasil merebut Banten dari kerajaan Sunda.
Perebutan kekuasaan terjadi
dikarenakan oleh adanya kerjasama politik serta ekonomi antara kerajaan Sunda
dan Portugis. Hal inilah yang dianggap membahayakan kedudukaan kesultanan Demak
setelah kegagalan yang dialami Adipati Yunus dalam mengusir Portugis dari
Malaka. Fatahillah kemudian mendirikan sebuah benteng pertahanan yang bernama
Surosowan yang kelak akhirnya menjadi pusat pemerintahan kesultanan Banten.
Selain membangun sebuah benteng
pertahanan, Fatahillah mengembangkan Banten menjadi pusat perdagangan serta penyebaran
agama Islam. Setelah itu Banten kemudian tumbuh menjadi sebuah kota
perdagangan. Ketika kesultanan Demak mengalami kemunduran, Banten pada akhirnya
melepaskan diri dari pengaruh kekuasaan kesultanan Demak.
Puncak kejayaan Kesultanan Banten sendiri
terjadi pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa pada tahun 1651-1682.
Pada masa pemerintahannya tersebut, perekonomian Banten semakin berkembang.
Pedagang-pedagang asing seperti, Gujarat, Turki, Jepang, Arab, Persia, Cina,
dan Eropa berlabuh di Banten. Hal tersebut diketahui dari banyaknya temuan
pecahan keramik serta benda-benda lainnya dari Jepang, Cina, bahkan juga dari
Eropa.
5. Kesultanan Makassar (Gowa-Tallo)
Kesultanan Makassar adalah
kesultanan Islam yang terletak di Sulawesi Selatan. Kesultanan Makassar sendiri
berawal dari kerajaan Tallo dan kerajaan Gowa. Kedua kerajaan ini kemudian
bergabung menjadi satu di bawah pimpinan raja Gowa. sementara raja Tallo
menjadi mangkubumi. Setelah akhirnya menganut Islam, kerajaan tersebut akhrinya
berubah menjadi Kesultanan Makassar.
Kesultanan Makassar berkembang
menjadi sebuah pusat perdagangan di Indonesia bagian Timur. Hal ini karena
letak Makasar yang strategis serta menjadi bandar penghubung antara Malaka, Maluku,
dan Jawa sehingga ramai dikunjungi oleh pedagang-pedagang dari dalam dan luar
negeri.
Puncak kejayaan Kesultanan
Makassar ialah pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin pada tahun 1653–1669 M.
Sultan Hasanuddin berhasil membangun Makassar menjadi penguasa jalur
perdagangan di wilayah Indonesia Bagian Timur.
6. Kesultanan Mataram
Kesultanan Mataram adalah
kesultanan Islam yang didirikan oleh Sutawijaya pada sekitar tahun 1575 M.
Sutawijaya lalu kemudian menjadi sultan Mataram yang pertama dengan gelar
Panembahan Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagama.
Sutawijaya setelah pemimpinannya digantikan
oleh putranya yang bernama Mas Jolang yang memerintah pada tahun 1601-1613 M. Dan
Mas Jolang kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Mas Rangsang yang
memerintah pada tahun 1613-1645 M. Mas Rangsang sendiri lebih terkenal dengan
nama Sultan Agung.
Kesultanan Mataram mencapai puncak
kejayaannya pada masa perintahan Sultan Agung. Di dalam bidang politik, Mataram
berhasil memperluas kekuasaan ke berbagai daerah di Jawa Tengah, Jawa Timur,
serta sebagian Jawa Barat termasuk juga Banten. Sementara dalam bidang ekonomi,
Mataram berkembang menjadi sebuah negara agraris. Hasil utamanya ialah beras.
7. Kesultanan Ternate dan Tidore
Masuknya Islam ke tanah Maluku
erat sekali kaitannya dengan kegiatan perdagangan. Pada sekitar abad ke-15 M,
para pedagang dan ulama dari Malaka serta Jawa menyebarkan ajaran Islam di
Maluku. Dari sinilah muncul empat kesultanan Islam, yakni Ternate, Tidore, Bacan,
dan Jailolo. Pada saat kesultanan-kesultanan tersebut berkuasa, masyarakat
muslim di Maluku sudah menyebar sampai ke Hitu, Makyan, Banda, Haruku, dan
Halmahera.
Maluku dikenal sebagai daerah
penghasil rempah-rempah seperti cengkeh, pala serta menjadi pusat perdagangan. Di
antara beberapa kesultanan yang ada, kesultanan Ternate lah yang paling maju. Kesultanan
Ternate sendiri kaya akan hasil rempah-rempah, sehingga menarik banyak pedagang
untuk datang.
Di lain sisi kemajuan Ternate
ternyata mengakibatkan persaingan antar kesultanan di Maluku. Akibatnya muncullah
dua persekutuan yang bersaing, yakni Uli Lima yang dipimpin oleh Ternate dan
Uli Siwa yang dipimpin oleh Tidore. Uli Lima terdiri dari lima daerah, yakni
Ternate, Bacan, Seram, Obi, dan Ambon. Sementara Uli Siwa terdiri dari sembilan
daerah, yakni Tidore, Makyan, Soe-siu, Jailolo, dan pulau-pulau antara
Halmahera sampai bagian barat Papua.
8. Kesultanan Banjar
Di Kalimantan Selatan pada awal
abad ke-16 terdapat tiga kerajaan, yakni Nagara Dipa, Nagara Daha, dan Banjar. Raja
Kerajaan Banjar bernama Raden Samudra. Ketika Nagara Daha menyerang Kerajaan
Banjar, Raden Samudra meminta bantuan militer pada Kesultanan Demak.
Raden Samudra berjanji apabila
Kesultanan Demak membantu perang melawan Nagara Daha, maka ia bersama seluruh
rakyatnya akan masuk Islam. Dan Demak memenuhi permintaan tersebut.
Dengan bantuan Kesultanan Demak,
Kerajaan Banjar menang melawan Nagara Daha. Dan sesuai dengan perjanjian,
seluruh rakyat Banjar akhirnya masuk Islam. Kemudian Raden Samudra dinobatkan
oleh Sunan Kudus menjadi seorang Sultan Banjar yang pertama dengan gelar Sultan
Suryanullah atau Sultan Suryansyah. Sultan Suryansyah memerintah pada tahun
1526 – 1545 M.
Masa kejayaan Kesultanan Banjar ialah
pada awal abad ke-17 M. Pada saat itu pada bidang politik, kesultanan Banjar
berhasil menghimpun kekuatan militer yang kuat hingga mampu membendung pengaruh
politik dari Arosbaya (Madura), Tuban, dan Mataram. Sementara pada bidang
ekonomi, perdagangan kesultanan Banjar menjadi sangat maju dengan lada sebagai
komoditas utamanya.
{|CATATAN| Jika Anda ingin pembahasan mengenai kerajaan-kerajaan Islam di atas lebih lengkap, berikut kami sajikan rekomendasi artikel berikut:
1) Sejarah Kesultanan Samudera Pasai
2) Sejarah Kesultanan Aceh Darussalam
3) Sejarah Kesultanan Demak
4) Sejarah Kesultanan Banten
5) Sejarah Kesultanan Makassar (Gowa-Tallo)
6) Sejarah Kesultanan Mataram
7) Sejarah Kesultanan Ternate dan Tidore
8) Sejarah Kesultanan Banjar
9) Peninggalan Sejarah Masa Islam di Indonesia}
{|CATATAN| Jika Anda ingin pembahasan mengenai kerajaan-kerajaan Islam di atas lebih lengkap, berikut kami sajikan rekomendasi artikel berikut:
1) Sejarah Kesultanan Samudera Pasai
2) Sejarah Kesultanan Aceh Darussalam
3) Sejarah Kesultanan Demak
4) Sejarah Kesultanan Banten
5) Sejarah Kesultanan Makassar (Gowa-Tallo)
6) Sejarah Kesultanan Mataram
7) Sejarah Kesultanan Ternate dan Tidore
8) Sejarah Kesultanan Banjar
9) Peninggalan Sejarah Masa Islam di Indonesia}
Sumber Referensi:
https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Nusantara_pada_era_kerajaan_Islam
https://sejarahlengkap.com/indonesia/kerajaan/sejarah-kerajaan-islam-di-indonesia
https://santinorice.com/kerajaan-islam-di-indonesia/
Posting Komentar untuk "Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia Secara Singkat"
Posting Komentar